Pages

Jumat, 13 Agustus 2010

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU


“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan di antara kalian beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujaadilah (58):11)
Saudara-saudaraku sesama muslim yang kami sayangi. Sesungguhnya, setiap muslim yang baik dan ingin mendapatkan keberuntungan, pasti sangat menyukai kasih sayang dan suka menebarkan kasih sayang. Jika bernasehat, ia bernasehat atas dasar kasih sayang dan untuk menebarkan kasih sayang. Jika ia beramar ma’ruf nahi munkar, ia lakukan atas dasar kasih sayang dan untuk menebarkan kasih sayang. Semua itu dilakukan dengan keikhlasan untuk mendapatkan kasih sayang dari Rabb Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yakni Allah SWT.
Atas dasar kasih sayang dan dalam rangka untuk mendapatkan kasih sayang dari Yang Maha Penyayang itulah, risalah ini kami sampaikan kepada sesama muslim. Bukan karena kesombongan dan bukan untuk mencela siapa pun, bukan pula untuk mencari pengikut (jamaah).
Sedih rasanya, jika melihat kenyataan yang terjadi di kalangan masyarakat luas. Seiring dengan perkembangan budaya hidup yang semakin modern, ternyata semangat umat untuk mendalami dan mengkaji ilmu agama yang dianutnya, cenderung semakin menurun. Ini berarti keimanan dan kecintaan umat terhadap ajaran Islam yang dianutnya, juga semakin menurun.
Jika dahulu, waktu-waktu ba’da ashar atau ba’da maghrib, kebanyakan anak-anak, para remaja dan bahkan orang tua, masih suka berkumpul di masjid-masjid, di majlis ta’lim atau di surau-surau, untuk rajin mangaji, kini kebiasaan seperti itu hampir sudah tidak ada lagi, kecuali sangat sedikit yang masih ada, dan hanya ada di masjid-masjid tertentu saja.
Waktu-waktu tersebut, ternyata lebih banyak digunakan untuk nonton acara pertandingan sepak bola, pertunjukan ido-idol atau acara sinetron-sinetron di televisi. Demikian juga jika diamati waktu-waktu ba’da subuh. Hampir sebagian masjid-masjid yang ada, sudah tidak pernah terdengar adanya kegiatan pengajian-pengajian ba’da subuh. Padahal masjid-masjid banyak yang dibangun semakin megah. Tentu hal seperti ini sangat memprihatinkan.
Sebagai akibatnya, banyak diantara umat ini, budaya hidupnya, akhlak dan perilakunya, semakin hari semakin jauh dari ajaran agamanya. Pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran agama yang dianutnya sendiri, semakin mengambang. Tidak berdasarkan ilmu dan dalil yang benar dan meyakinkan. Dampaknya, dalam prosesi ibadah kepada Allah dan menjalankan syariat agamanya, hanya ikut-ikutan berdasarkan kebiasaan orang tuanya, atau kebiasaan orang-orang yang ada di sekitarnya. Tanpa didasari pemahaman syariat agama yang cukupi dan shahih.
Bagi anak-anak yang orang tuanya memang memiliki dasar ilmu agama yang cukup, insya Allah hal itu tidak masalah dan cukup memadai. Tetapi bagi orang tua-orang tua yang selama hidupnya jarang mengaji, atau bahkan tidak pernah mengaji, maka akan dapat ditebak bahwa, dalam menjalankan dan mengajarkan agama bagi anak-anaknya, mereka itu akan sekedar ikut-ikutan kepada apa yang pernah dilihat, didengar atau dilakukan oleh orang lain.
Lebih memprihatinkan lagi, jika orang tua-orang tua yang jarang mengaji, atau tidak pernah mengaji tersebut, menjadi tokoh masyarakat atau pemimpin, dan dijadikan panutan di dalam masyarakat, maka ia akan banyak menyampaikan amalan-amalan yang sebenarnya bukan ibadah, kebiasaan-kebiasaan yang sebenarnya bukan sunnah (bukan ketetapan/hukum) dari Nabi saw, disampaikan dan diamalkan di dalam masyarakat sebagai suatu ajaran yang dianggap sebagai ajaran agama. Hal seperti ini sudah banyak melanda umat di masyarakat. Rasulullah saw sangat menghawatirkan permasalahan ini.
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي اْلاَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ. (أبو داود)
“Artinya: Rasulullah saw bersabda; “Sesungguhnya, yang paling aku takuti menimpa umatku ini adalah para imam (para tokoh/pemimpin) yang menyesatkan umat. (HR. Abu Daud)
وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ لاَيَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ, وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَآءِ, حَتَّى إِذَالَمْ يَتْرُكُ عَالِمًا. إِتَّخَذَالنَّاسُ رُؤَسَاءُ جُهَّالاً, فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ. فَضَلُّوْا وَاَضَلُّوْا. (بخرى ومسلم)
Artinya: Dan berkatalah Rasulullah saw. ”Sesungguhnya Allah tidak pernah menahan ilmu (tidak pelit dengan ilmu) terhadap manusia dengan cara merenggutnya, tetapi Allah mewafatkan orang-orang berilmu (ulama) sehingga tidak tersisa orang-orang berilmu (yang benar akan ilmunya). Selanjutnya orang-orang mengangkat manusia untuk menjadi tokoh panutan (pemimpin) dari golongan orang-orang yang jahil (awam). Apabila ditanyakan sesuatu, ia menjawab tanpa dasar ilmu (tanpa dalil) yang benar. Mereka ini akan tersesat dan menyesatkan orang-orang yang lain”. (HR. Buhkori & Muslim)
Inilah yang dihawatirkan oleh Rasulullah saw terhadap umat ini. Kehidupan dan perjalanan hidup para umatnya, terlepas dari petunjuk syariat-syariat dan bimbingan ajaran agama yang benar. Karena mereka manjauhi majlis-majlis ilmu (majlis-majlis ta’lim), cuek dan tidak perduli untuk mendalami ilmu agamanya.
Padahal, nanti di alam kubur dan di alam akhirat, setiap manusia (diri kita ini) akan ditanya tentang ajaran agama dan kesaksian syahadat yang dianutnya selama di dunia ini. Bagi yang rajin mengaji untuk menambah ilmu, untuk mendapatkan petunjuk, bimbingan dan panduan hidup yang benar terhadap pemahaman ilmu agama yang dianutnya, mereka akan selamat dan bahagia di dalam surga. Allah menjelaskan dalam firman-Nya;

”Dan orang-orang yang mau menerima (mencari) petunjuk, Allah akan menambahkan petunjuk kepada mereka dan akan memberikan balasan dari ketaqwaannya”. (QS. Muhammad (47):17)
Nabi saw pun bersabda yang artinya :
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ. (مسلم)
”Barangsiapa yang suka menempuh jalan (meringankan langkah kakinya) untuk mencari ilmu, maka Allah akan melapangkan jalan baginya menuju surga”. (HR. Muslim)
Sebaliknya, bagi orang yang cuek, hanya ikut-ikutan dalam menjalankan ajaran agamanya (orang sunda bilang ”ahli ceunah wal jawabna”), tidak suka mengaji dan merasa cukup/merasa sudah pandai terhadap ajaran agama yang dianutnya, maka ia diumpamakan seperti orang bisu (tidak mampu menjawab dengan penuh keyakinan, kecuali akan berkata ceunah), seperti orang yang tuli (tidak mampu mendengar kebenaran, ketika disampaikan kebenaran itu kepadanya) dan seperti orang buta (dari ilmu-ilmu agama yang benar) yang tidak mengerti mana yang sahih dan mana yang palsu, atau mana yang salah dan mana yang benar.
Kelak di alam akhirat, orang seperti ini akan dimintai pertanggungan jawab terhadap apa yang telah dilakukannya. Tetapi mereka tidak mampu mengelak dengan alasan apapun. Bahkan, mereka (orang-orang seperti ini) akan rugi, menyesali diri dan kekal dalam azab yang bertubi-tubi.
Allah telah berfirman dalam Al Qur’an:

”Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra’ (17):36)
Mari kita renungkan penjelasan Allah yang difirmankan-Nya berikut ini;

”Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan orang-orang (yang jahil/bodoh/kafir), penjaga-penjaga neraka itu bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang di sekitar kalian( ketika kalian masih di dunia), seorang pemberi peringatan (yang mengadakan pengajaran-pengajaran)? "Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan (yang mengadakan pengajaran-pengajaran), tetapi kami mendustakan (masa bodoh terhadapnya) dan bahkan kami mengatakan (mengejek): "Allah tidak menurunkan apapun padamu; kamu tidak lain akan mengajak (mengajarkan) kepada kami kesesatan yang besar".
Dan mereka pun berkata: "Jika sekiranya kami dahulu ikut mendengarkan atau ikut memikirkan (pengajaran/peringatan itu) pasti kami tidak termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala (seperti ini)". ”Maka (ketika itu) mereka mengakui kesalahan (dosa) mereka sendiri, maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala itu. (QS. Al Mulk (67):8-11)

Oleh karena itulah Allah memerintahkan kepada setiap muslim untuk rajin mengaji, mau bertanya dan suka mencari ilmu, jika tidak mengerti. Agar ibadah dan kebaktian yang diamalkannya benar-benar sesuai syariat, berdasarkan ilmu yang shahih. Sehingga keimanannya pun benar dan tidak tersesat jalan.


”Dan Kami tiada mengutus para Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kalian kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui”. (QS. Al Anbiya’ (21):7)

Saudara-saudaraku sesama muslim yang kami sayangi. Uraian ini, kami harapkan dapat memotivasi kita, agar untuk waktu-waktu selanjutnya, kita menjadi orang-orang yang rajin mengaji, rajin mendatangi majlis-majlis ta’lim yang di adakan di sekitar kita, agar pemahaman kita terhadap syariat agama ini, tidak sekedar ikut-ikutan saja. Sudah saatnya kita memperbaiki diri, meningkatkan pemahaman yang lebih baik lagi, agar pendekatan diri kita kepada Allah, semakin baik dan sesuai dengan yang diridhoi Allah. Mumpung masih ada waktu buat kita.
Buanglah segala prasangka dan rasa apriori terhadap orang lain yang berbeda. Sebelum kita ikut pengajian dan mendengar sendiri, sebelum kita ikut mengkajinya secara lebih mendalam dan ikut membaca sendiri kitab yang diajarkan dalam suatu majlis itu, maka janganlah mudah curiga kepada majlis-majlis ta’lim yang ada, atau mendahulukan rasa tidak suka kepada orang-orang yang dianggap berbeda dengan kita mengenai pemahaman agama ini. Jika kita mau terus mengkaji secara lebih seksama dari sumber ajaran Islam yang shahih, yakni ajaran yang bersumber dari Al Qur’an dan Assunnah (bukan ajaran yang berdasarkan ”ahli-ahli ceunah”) pasti akan kita temukan bahwa, tidak akan terjadi perbedaan dalam syariat agama ini.
Yang menyebabkan terjadinya perbedaan dan perpecahan dalam agama ini adalah, karena banyaknya orang yang sekedar ikut-ikutan (bertaqlid) dalam beragama. Dasar pemahaman ajarannya, tidak mau langsung mengikuti ajaran yang bersumber dari Nabi Muhammad saw. Tetapi lebih senang dan lebih yakin kepada ajaran-ajaran dari tokoh-tokoh yang selain Nabi.
Sudah begitu, tidak mau mengkaji ulang dalil-dalil yang dijadikan hujjah (dasar) oleh orang-orang yang selain Nabi tersebut. Sehingga, pada saat ditanyakan mengenai dalil ajarannya, ternyata mereka tidak mampu menjawab dengan meyakinkan, kecuali berkata ”ceunah” atau euceuk ulama A atau ulama B. Padahal ia sendiri belum pernah membaca atau mengkaji kitab dari ulama A atau Ulama B yang dijadikan panutannya tersebut.
Oleh sebab itulah Allah telah memberi ketegasan dengan berfirman secara jelas di dalam Al Qur’an:


Artinya : ”Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) ada yang menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu (yang ditentukan/kiamat). (QS. Al Mukminun (23):52-54)

Oleh sebab itu, melalui risalah ini, kami mengajak dan menghimbau kepada kaum muslimin di mana saja anda ada. Datangilah forum-forum pengajian yang diadakan di majlis-majlis ta’lim atau di masjid-masjid yang ada di sekitar anda. Luangkan waktu bersama keluarga, saudara dan ajaklah karib kerabat anda. Insya Allah, kelak anda mendapat hidayah dan tidak akan menyesali diri terhadap pengorbanan seperti ini.
Jangan anggap sepele undangan-undangan dan ajakan-ajakan mengaji yang sampai kepada anda, baik yang melalui selebaran, pengumuman ataupun SMS-SMS. Rasulullah saw telah bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَاْلاَرْضِ حَتَّى النَّمْلَتَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوْتَ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى تَعَلَّمَ وَمُعَلَّمَنِيَ النَّاسِ الْخَيْرَ. (رواه الترمذى)
”Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi, bahkan termasuk pula semut-semut yang ada di dalam liangnya, hingga ikan-ikan yang ada di lautan, benar-benar bersholawat (mendoakan) kepada orang-orang yangsuka belajar dan mengajarkan kebaikan kepada manusia”. (HR.At Tirmidzi)
Apakah kita tidak tertarik dengan kebaikan seperti ini? Sedangkan jika ada promosi discount yang disampaikan dari sebuah mall atau toko-toko saja, kita berbondong-bondong tidak mau ketinggalan? Apakah kita masih nyantai tenang-tenang saja menghabiskan umur hanya untuk bersikap cuek dan masa bodoh terhadap kebodohan kita sendiri? Padahal ilmu agama yang kita pelajari inilah yang akan membimbing hidup kita, dan yang dapat menyelamatkan kita di hari kiamat? Allah telah memberikan ancaman, kepada siapa saja yang cuek terhadap ajakan, peringatan dan bimbingan yang bersumber dari-Nya;


”Barangsiapa berpaling dari pengajaran Al qur'an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka kekal di dalam sikasaan itu, dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat, (yaitu) di hari (yang di waktu itu) telah ditiup sangkakala, dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Tho-ha (20):100-102 & 124)
Apakah kita siap menanggung itu semua??? Karena itu, mari kita luangkan waktu sejenak untuk mencari keselamatan hidup di hari kiamat kelak. Langkahkan kaki-kaki kita untuk menghadiri undangan-undangan pengajian yang diadakan di sekitar kita, atau di mana saja yang diselenggarakan kegiatan pengajian, yang di dalamnya dipelajari Al Qur’an dan As Sunnah. Agar kualitas iman dan ketaqwaan kita semakin baik dan hidup kita mendapat keridhoan Allah SWT. Ingatlah...!!! kaki, tangan, mata, dan telinga yang diberikan Allah kepada kita, akan menjadi saksi dan akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan-Nya. Semoga Allah mempersatukan dan mempersaudarakan kita dalam golongan orang yang selamat dan diridhoi-Nya. Amin.[-] W.A.R.Dhani



PERUBAHAN JADWAL!!! dari hari Sabtu menjadi hari Ahad
UNDANGAN : DATANG DAN IKUTI PENGAJIAN UMUM RUTIN (GRATIS)
Setiap Ahad (Minggu), mulai jam 07.30 – 09.00 (setelah olah raga pagi)

Alokasi Waktu Materi / Kitab Bahasan
Minggu 1 “Minhajul Qasidin”, Jalan Orang2 Yg Mendapat Petunjuk :Ibnu Qudamah
Minggu 2 “Al Wafa” Kesempurnaan Pribadi Nabi dari A - Z :Ibnu Qayyim Al Jauzi
Minggu 3 “Riyadhus Shalihin” Kumpulan Hadits2 Shahih : Imam An Nawawi
Minggu 4 “Zadul Ma’ad”: Ibnu Qayyim Al Jauzi - Kajian Kitab Fiqih Imam Syafi’i
Minggu 5 “Materi-materi Umum & Tambahan” (Tematik)
è Tempat: Majlis Abu Hanifah Jl. Lodaya II Cilibende – dekat kampus D3-IPB (lewat Hotel Pangrango 3)
Undangan: Khusus untuk hari Kamis, 13 Mei 2010 (hari libur) : Insya Allah diadakan kajian khusus dengan tema : ”Membedah Tradisi Kemusyrikan di Sekitar Kita” (mulai 7.30 - 9.30 WIB è Gratis untuk Umum)



Pesanan tambahan (khusus): Biar ada perkembangan, tolong bulletin jum’at ini disebarkan pula ke masjid-masjid di Cilibende (Awwalus Salikin di RT 4 RW 05, dan mushola Al Makmur di RT 2 RW 2 (lewat kang Maryadi atau yang lain).
Juga ke masjid Baitus Sahid (Ust. H. Syahroni) dan masjid Al Hasuba RT 05/01 di Tegalega. Syukran dan masjid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar