Sabtu, 30 Oktober 2010
MEMAHAMI HAKEKAT BERSYUKUR
Buklet pengajian
MEMAHAMI HAKEKAT BERSYUKUR
Ust. W.A.R.DHANI
Saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Allah. Bersyukur itu, hakekatnya adalah wujud suatu peribadatan kepada Allah, untuk tunduk dan patuh terhadap perintah Allah, sebagaimana telah difirmankan dalam Al Qur’an yang mulia;
Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS.Az Zumar (39):65-66)
”Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu menyatakan; "Sesungguhnya jika kalian bersyukur (berterima kasih), pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian kafir pada-Ku (mengingkari nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS.Ibrahim (14):7-8)
Dalam pelaksanaannya, bersyukur itu didahului dengan mengungkapkan kata-kata pujian kepada-Nya secara lisan. Berterima kasih dan memuji Allah atas semua karunia dan nikmat dari-nya, atas semua keagungan-Nya, atas segala Kekuasaan-Nya serta atas segala kesempurnaan sifat-Nya, yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun dari makhluk-Nya dan dalam rangka mensucikan nama-Nya. Oleh karena itu, bersyukur dalam pengeritan ini, tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
Ungkapan bersyukur, dapat diucapkan secara ”sir” (tersembunyi di dalam hati) maupun secara ’jahar’ (dinyatakan) dengan lisannya. Setelah itu diikuti dan diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, tunduk dan patuh pada perintah-Nya, untuk membuktikan rasa terima kasih itu kepada Allah.
Lalu mengapa kita harus bersyukur kepada Allah? Banyak sekali alasan yang mendasari, mengapa setiap manusia harus pandai bersyukur secara benar kepada Allah. Misalnya; karena Allah lah yang telah menciptakan kita manusia ini secara sempurna. Allah lah yang menciptakan bumi dengan segala isinya, sebagai tempat hidup dan menetap sementara bagi manusia. Allah lah yang menghidupkan dan memberikan jaminan hidup bagi manusia di muka bumi ini dengan menyediakan segala karuniaNya. Allah lah yang memberikan hidayah dan taufiq kepada manusia, agar manusia mampu menjadi khalifah-Nya (wakil-Nya) di muka bumi, sehingga apa yang dilangit dan di bumi pun ditundukkan oleh Allah untuk menjamin keperluan dan kebutuhan hidup manusia.
“Dan Dia telah menundukkan untuk kalian apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”. (Al Jatsiyah (45):13)
Allah lah yang memberikan pekerjaan dan menjamin rezki bagi setiap manusia. Allah lah yang memberikan perlindungan, kasih sayang dan keselamatan kepada manusia dari segala mara bahaya dan segala tipu daya syetan. Allah lah yang selalu memberi maaf kepada setiap manusia atas segala kesalahan dan dosa-dosanya, jika ia mau meminta maaf. Dan Allah pula lah yang akan memberikan balasan maupun pahala terbaik atas segala amal perbuatan setiap manusia, dengan adil dan tidak mendzolimi. Inilah berbagai alasan yang mendasari, agar setiap manuisa selalu ingat dan bersyukur kepada Allah.
Lalu bagaimana kenyataan yang terjadi? Apakah manusia selalu sadar dan ingat akan kewajiban bersyukur ini? Karena itulah tulisan ini kami sampaikan, agar kita semua segera merenung dan tahu diri, sehingga ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah tidak ala kadarnya, tetapi menjadi semakin baik, seraya banyak memohon ampun kepada-Nya, agar segala dosa serta kesalahan kita diampuni. Allah pula lah yang selalu menambah-nambahkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kita menuju keridhoan-Nya.
Mari kita merenung bersama tentang hal yang mungkin dianggap kecil, yaitu ”nafas”, guna menyadarkan setiap diri kita, bahwa kita tidak berdaya sedikitpun terhadap nafas kita sekecil apapun. Juga untuk menyadarkan kita, betapa Allah itu Maha Kaya, Maha Penyayang dan Maha Penyantun (Pemberi). Pernahkah kita menghitung nilai nafas kita, jika kita diharuskan membayar udara yang kita hirup untuk nafas ini setiap hari, berapa uang yang harus kita cari untuk memnebusnya? Mari kita hitung.
Menurut penelitian, setiap kali kita menarik nafas menghirup udara ke rongga perut dan rongga-rongga bagian tubuh lainnya, kita membutuhkan 0.5 liter udara. Dalam satu menit dan keadaan normal, rata rata manusia menarik nafas menghirup udara, sebanyak 20 kali. Artinya, dalam satu menit kita butuh udara sebanyak : 0.5 liter x 20 = 10 liter.
Udara yang kita hirup dalam tarikan nafas, terdiri atas unsur Oksigen (O2) 20% dan Nitrogen (N) 79%. Artinya, dalam satu menit (60 detik) kita butuh Oksigen = 0.2 x 10 liter = 2 liter dan Nitroger sebanyak 0.79 x 10 liter = 7.9 liter. Sekali lagi, ini jika dalam keadan normal, sehat, tidak sehabis lari pagi atau stress, atau tidak dalam keadaan terengah-engah karena be-ngek dan ashma’.
Dalam sehari = 24 jam x 60 menit = 1440 menit. Artinya, dalam sehari kita membutuhkan Oksigen dari udara ini sebanyak = 2 liter x 1440 = 2880 liter. Dan Nitrogen yang kita hirup dari udara ini sebanyak = 7.9 liter x 1440 = 11.376 liter.
Harga Oksigen per liter di pasaran, rata-rata Rp. 25.000,- Sedangkan harga Nitrogen -(yang juga sudah menyatu berada di dalam tabung)- per liter rata-rata Rp.9.950,-. Artinya, dalam sehari, udara yang kita hirup untuk bernafas ini setara dengan nilai uang sebanyak ; (Oksigen = 2880 liter x Rp. 25.000,- = Rp.72.000.000,-) ditambah (Nitrogen = 11376 liter x Rp.9.950,- = Rp.113.191.200,-). Ini berarti, total nilai uang yang harus kita keluarkan (sediakan) untuk sekedar urusan bernafas sehari saja (jika harus membayar) setara nilainya dengan Rp. 72.000.000,- + Rp. 113.191.200,- = Rp. 185.191.200,- (seratus delapan puluh lima juta, seratus sembilan puluh satu ribu dua ratus rupiah).
Adakah kita mampu membayarnya jika kita harus membayar udara yang kita hirup ini? Siapakah yang memiliki pendapatan (gaji) sehari, setara dengan Rp 185 juta, untuk menjamin nafas kita? Bagaimana kalau kita harus bernafas sebulan, setahun dan seluruh umur hidup kita? Tidakkah kita mau berfikir dan memahami masalah ini?
Mari kita hitung nilai nafas kita dalam sebulan dan dalam setahun. Khusus untuk nilai nafas yang kita hirup seumur hidup kita, silahkan para jamaah menghitung-hitung sendiri, agar mau berfikir dan mampu memahami hakekat bersyukur kepada Allah.
Nilai nafas kita dalam satu bulan (jika rata-rata 1 bulan = 30 hari) dalam keadaan normal = Rp.185.191.200,- x 30 hari = Rp. 5.555.736.000,- (Lima milyar, lima ratus lima puluh lima juta, tujuh ratus tiga puluh enam ribu rupiah). Berapa nilai nafas kita dalam satu tahun? Yaitu = 365 hari x Rp.185.191.200,- = Rp.67.594.788.000,- (Enam puluh tujuh milyar, lima ratus sembilan puluh empat juta, tujuh ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah). Masya Allaaaah. Subhanallah wal hamdulillah laa ilaaha illallah Allahu Akbar, laa haula walaa quwwata illa billahil ’aliyyil ’adhzim. Adakah orang di negeri ini (yang terkaya sekalipun) yang mampu mendapat penghasilan uang setara Rp. 67,6 milyar/tahun dengan nafasnya, kecuali dengan cara cara-cara yang tidak halal, korupsi atau manipulasi?
Adakah di antara kita yang mampu membusungkan dada dan menyombongkan diri dengan manyatakan mampu memberikan tebusan untuk nafas diri kita sendiri dalam setahun tersebut kepada Allah? Bagaimana pula jika kita harus menanggung nafas yang dihirup oleh istri dan anak-anak kita? Lalu mengapa kita pongah dan tidak tahu diri? Ingatlah sindiran Allah;
”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu, tanpa kamu minta) dan segala apa yang kalian mohonkan kepadanya. dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat kufur (terhadap nikmat Allah). (QS. Ibrahim (14):34)
Bayangkan dan renungkanlah wahai saudaraku. Bagaimana mutlaknya kekuasaan Allah, kekayaan Allah dan kasih sayang Allah. Jika semua manusia di muka bumi ini sekalipun, berlaku dzalim dan kufur, Allah tidak akan runtuh dan berkurang dalam kekuasaan dan kerajaan-Nya. Tidak rugi dan berkurang kekayaan-Nya. Bahkan kita sendirilah yang rugi dan diazab karenanya. Tidakkah kita tahu diri dan segera tunduk dan patuh hanya kepada-Nya?
Udara yang kita hirup ini, tidak hanya diperuntukkan bagi manusia generasi kita saat ini. Tetapi juga bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya, sejak dari Nabi Adam a.s sampai berakhirnya alam dunia ini. Ini baru kita hitung soal nafas, belum lagi jika kita berhitung soal darah kita, nilai kentut kita (maaf bukan untuk tabu), penglihatan kita, pendengaran kita, karunia-karunia, rezki dan fasilitas-fasilitas lain yang telah disediakan oleh Allah secara gratis bagi kita.
Lalu tebusan dan jual beli apakah yang dapat kita banggakan dihadapan Allah? Peribadatan dan pengabdian manakah yang dapat kita persembahkan kepada Allah? Kekuasaan dan kekayaan manakah yang akan disombongkan di hadapan Allah? Tidakkah kita berfikir dan mau memahami? Padahal Allah telah menundukkan langit dan bumi sebagai fasilitas dari-Nya, untuk kita. Sebagaimana dinyatakan Allah dalam surat Al Jatsiyah (45) : 13 yang telah kami kutip diatas? Mengapa banyak diantara kita tidak bersyukur? Atau salah dalam bersyukur?
Bukannya membuat persembahan dan kebaktian kepada Allah dengan selalu menegakkan syariat yang benar, menegakkan shalat dengan benar, banyak berpuasa, memenuhi janji, menunaikan amanat secara jujur, berbicara benar, berbuat kebaikan dan menginfaqkan sebagian rezki dari-Nya dengan mengeluarkan zakat, berinfaq untuk orang tua, sanak saudara, kaum kerabat, fakir miskin dan lain-lainnya secara ikhlas. Ternyata, malah bersyukur kepada makhluk dengan membuat ritual-ritual tradisi musyrik. Membuat persembahan dan sesaji untuk makhluk halus, para arwah, jin dan syetan. Bukannya sadar dan kembali kepada aturan Allah untuk mengundang ridho Allah, untuk mewujudkan kemakmuran dan keberkahan, tetapi justru lebih banyak mempertahankan kedzaliman, kenistaan, penghianatan, kedustaan, berlaku curang, kesombongan dan suka membanggakan diri!!??
Allah telah mengingatkan: (63). Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dan dengan suara yang lembut (karena takut dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia (Allah) menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami akan menjadi orang-orang yang bersyukur"". (64). Katakanlah: "Allah lah yang menyelamatkan kalian dari bencana itu, dan dari segala macam kesusahan kalian, lalu kemudian tiba-tiba kalian kembali menjadi musyrik (mempersekutukan-Nya)." (QS. Al An’am (6) :63-64) Na’u dzubillahi min dzaalika.
”Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami (munafik & kafir), nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh”. (QS. Al A’raf (7):182-183)
(44). Dan Kami turunkan Al Qur’an kepadamu, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka [berupa syariat, perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.] dan supaya mereka memikirkan, (45). Maka Apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari?, (46). Atau Allah mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan?, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu), (47). Atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa dalam ketakutan). Maka Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (QS. An Nahl (16) : 44-47)
Nah, bagi orang-orang beriman, bagi orang-orang yang bertaqwa, bagi orang-orang yang ingin selalu dalam keselamatan dan naungan lindungan serta kasih sayang Allah, tidak lain dan tidak bukan. Hendaknya: segeralah bersyukur, seraya banyak bersujud, banyak memuji dan mensucikan nama-Nya, banyak mengagungkan sebutan-Nya dan perbanyak memohon ampunan atas kedzaliman dan keangkuhan kita selama ini, seraya berhijrah memperbaiki diri. Laksanakan dan tegakkan shalat, mari perbanyak beramal shaleh. Tinggalkan kedustaan dan kebiasaan berbuat curang, tinggalkan perbuatan korupsi, budaya manipulasi atau mengambil harta jamaah kaum muslimin, atau harta rakyat yang bukan menjadi hak kita.
Mari kita renungkan khabar dari Rasulullah saw berikut ini; ”Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin 'Amir telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakar bin Ayyasy dari Al A'masy dari Sa'id bin Abdullah bin Juraij dari Abu Barzah Al Aslami yang berkata berkata: ”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya, untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan, dan tentang tubuhnya untuk apa dia lusuhkan (gunakan)." (HR. At Tirmidzi No.2341 = Hasan Sahih)
Oleh karena itu, dalam rangka bersyukur kepada Allah, janganlah sekali-kali berbuat musyrik. Jangan mempersekutukan-Nya dengan roh-roh halus, makhluk ghaib, arwah-arwah ahli kubur maupun arwah para wali, atau melakukan kemusyrikan lainnya dengan membuat sesaji, persembahan dan sembelihan kurban untuk labuhan (lebon) kepada para arwah, jin dan syetan. Jangan malakukan perdukunan dan tradisi-tradisi musyrik lainnya. Tinggalkan semua hal itu. Karena semua hal itu, merupakan dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah, dan dapat mengundang murka Allah, laknat Allah serta mempercepat turunnya azab peringatan dari-Nya.
Semoga kita dipersatukan dalam barisan orang-orang yang teguh keimanan dan ketaqwaannya, menuju shirothol mustaqim. Yaitu jalannya orang-orang yang telah diberikan nikmat oleh Allah. Yaitu dari golongan para Nabiyyin, penegak kebenaran (siddiqiin), para syuhada pejuang-pejuang yang syahid di jalan Allah dan para shalihin. Sebagaimana yang dicantumkan dalam firman-Nya: ”Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiiqiin [orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An Nisa’ (4) : 69) dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.
Demikianlah, kami berharap risalah tulisan ini, dapat menyadarkan kita kaum muslimin, agar istiqomah di dalam menjalani dan menegakkan kebenaran, agar semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan banyak bersyukur dan bersujud hanya kepada-Nya serta banyak memohon pengampunan dari-Nya. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang benar dan diridhoi-Nya, serta melindungi kita dan keluarga kita, dari segala tipu daya syetan yang terkutuk. Amin. Wallahu ’a’lam bish shawab. (W.A.R.Dhani)
File:Buklet Pengajian
Ikuti & Dengarkan!! Diskusi Interaktif lansung (On Air) ”DINAMIS” (Dialog Nuansa Agama Islam) di radio MARS 106FM setiap Kamis pukul 10.00 – 11.30 WIB, bersama Ust. Willyuddin A.R.Dhani. Dapatkan hadiah quis interaktifnya
Mari kita meriahkan penyambutan tahun Baru Muharam 1432 H, dengan menghadiri Tabligh Akbar dan ”Pekan Raya Muharam”, yang akan diadakan di Masjid Raya Bogor dan gedung PPIB, mulai tanggal 06 – 12 Desember 2010 dengan tema : ”REFLEKSI MUHARAM UNTUK MEMBANGUN PERSATUAN UMAT”
Jumat, 13 Agustus 2010
Dan demikianlah, Kami telah menjadikan kalian umat Islam, sebagai umat yang adil dan pilihan, agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kalian. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblat kalian sekarang ini, melainkan agar Kami mengetahui dengan nyata, siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot dari padanya. (Al Baqarah (2):143)
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوااْلاَمَانَاتِ اِلَىآاَهْلِهَا وَاِذَاحَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْبِالْعَدْلِقلىإِنَّ اللهَ نِعِمَّايَعِظُكُمْ بِهِقلىإِنَّ اللهَ كَانَ سَمِيْعًابَصِيْرًا.
Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kalian apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kalian menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An Nisa’ (4):58)
يَآءَيُّهَاالَّذِيْنَ آَمَنُوْاكُوْنُوْقَوَّامِيْنَ ِللهِ شُهَدَآءَبِالْقِسْطِقلى وَلاَيَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَىآاَلاَّتَعْدِلُوْاقلى إِعْدِلُوْاقلىهُوَأَقْرَبُ لِلتَّقُوَاىصلىوَاتَّقُوااللهَقلىاِنَّ اللهَ خَبِيْرٌبِمَاتَعْمَلُوْنَ.
”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kalian menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum, mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan”. (Al Maidah (5):8)
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَآئِ ذِىالْقُرْبَىاوَيَنْهَىعَنِ الْفَحْشَآءِوَالْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
”Sesungguhnya Allah menyuruh kalian berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian dapat mengambil pelajaran”. (An Nahl (16):90)
وَالسَّمَآءَ رَفَعَهَاوَوَضَعَ الْمِيْزَانَ. اَلاَّتَطْغَوْافِىالْمِيْزَانِ. وَأَقِيْمُواالْوَزْنُ بِالْقِسْطِ وَلاَتُخْسِرُواالْمِيْزَانِ.
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Ar Rahmaan (55):7-9)
لاَيَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِىالدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْآ اِلَيْهِمْقلى اِنَّ اللهُ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ. اِنَّمُآيَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتِلُوْكُمْ فِىالدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْاعَلَىآإِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْقلى وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأَوْلآَئِكَ هُمُ الظَالِمُوْنَ.
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al Mumtahanah (60):8-9)
سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّفُ عَلَى اُمَّتِى خِصَالٍ: إِمْرَةُالصِّبْيَانِ, وَكَثْرَةُالشُّرَطِ وَالرِّشْوَةَ فِي الْحُكْمِ, وَقَطِيْعَةُالرَّحِمِ وَاِسْتِخْفَافٌ بِالدَّمِ, وَنَشْؤٌ يَتَّخِذُوْنَ الْقُرْآَنَ مَزَامِيْرَ, يُقَدِّمُوْنَ الرَّجُلَ لَيْسَ بِأَفْقَهِهِمْ وَلاَبِأَفْضَلِهِمْ يُغَنِّيْهِمْ غِنَاءٍ (رواه أحمد)
Aku mendengar Rasulullah saw bersabda yang memprihatinkan umatnya dalam enam perkara: 1). Diangkatnya anak-anak menjadi penguasa (pemimpin) 2). Terlalu banyak petugas keamanan, dan main suap dalam perkara hukum, 3). Pemutusan hubungan silaturahim 4). Meremehkan urusan pembunuhan, 5). Generasi baru yang menjadikan Al Qur’an sebagai nyanyian, 6). Mendahulukan orang yang banyak bicara dan pintar bersilat lidah daripada orang-orang yang mengerti hukum dan banyak berjasa. (HR.AhmaD)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan di antara kalian beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujaadilah (58):11)
Saudara-saudaraku sesama muslim yang kami sayangi. Sesungguhnya, setiap muslim yang baik dan ingin mendapatkan keberuntungan, pasti sangat menyukai kasih sayang dan suka menebarkan kasih sayang. Jika bernasehat, ia bernasehat atas dasar kasih sayang dan untuk menebarkan kasih sayang. Jika ia beramar ma’ruf nahi munkar, ia lakukan atas dasar kasih sayang dan untuk menebarkan kasih sayang. Semua itu dilakukan dengan keikhlasan untuk mendapatkan kasih sayang dari Rabb Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yakni Allah SWT.
Atas dasar kasih sayang dan dalam rangka untuk mendapatkan kasih sayang dari Yang Maha Penyayang itulah, risalah ini kami sampaikan kepada sesama muslim. Bukan karena kesombongan dan bukan untuk mencela siapa pun, bukan pula untuk mencari pengikut (jamaah).
Sedih rasanya, jika melihat kenyataan yang terjadi di kalangan masyarakat luas. Seiring dengan perkembangan budaya hidup yang semakin modern, ternyata semangat umat untuk mendalami dan mengkaji ilmu agama yang dianutnya, cenderung semakin menurun. Ini berarti keimanan dan kecintaan umat terhadap ajaran Islam yang dianutnya, juga semakin menurun.
Jika dahulu, waktu-waktu ba’da ashar atau ba’da maghrib, kebanyakan anak-anak, para remaja dan bahkan orang tua, masih suka berkumpul di masjid-masjid, di majlis ta’lim atau di surau-surau, untuk rajin mangaji, kini kebiasaan seperti itu hampir sudah tidak ada lagi, kecuali sangat sedikit yang masih ada, dan hanya ada di masjid-masjid tertentu saja.
Waktu-waktu tersebut, ternyata lebih banyak digunakan untuk nonton acara pertandingan sepak bola, pertunjukan ido-idol atau acara sinetron-sinetron di televisi. Demikian juga jika diamati waktu-waktu ba’da subuh. Hampir sebagian masjid-masjid yang ada, sudah tidak pernah terdengar adanya kegiatan pengajian-pengajian ba’da subuh. Padahal masjid-masjid banyak yang dibangun semakin megah. Tentu hal seperti ini sangat memprihatinkan.
Sebagai akibatnya, banyak diantara umat ini, budaya hidupnya, akhlak dan perilakunya, semakin hari semakin jauh dari ajaran agamanya. Pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran agama yang dianutnya sendiri, semakin mengambang. Tidak berdasarkan ilmu dan dalil yang benar dan meyakinkan. Dampaknya, dalam prosesi ibadah kepada Allah dan menjalankan syariat agamanya, hanya ikut-ikutan berdasarkan kebiasaan orang tuanya, atau kebiasaan orang-orang yang ada di sekitarnya. Tanpa didasari pemahaman syariat agama yang cukupi dan shahih.
Bagi anak-anak yang orang tuanya memang memiliki dasar ilmu agama yang cukup, insya Allah hal itu tidak masalah dan cukup memadai. Tetapi bagi orang tua-orang tua yang selama hidupnya jarang mengaji, atau bahkan tidak pernah mengaji, maka akan dapat ditebak bahwa, dalam menjalankan dan mengajarkan agama bagi anak-anaknya, mereka itu akan sekedar ikut-ikutan kepada apa yang pernah dilihat, didengar atau dilakukan oleh orang lain.
Lebih memprihatinkan lagi, jika orang tua-orang tua yang jarang mengaji, atau tidak pernah mengaji tersebut, menjadi tokoh masyarakat atau pemimpin, dan dijadikan panutan di dalam masyarakat, maka ia akan banyak menyampaikan amalan-amalan yang sebenarnya bukan ibadah, kebiasaan-kebiasaan yang sebenarnya bukan sunnah (bukan ketetapan/hukum) dari Nabi saw, disampaikan dan diamalkan di dalam masyarakat sebagai suatu ajaran yang dianggap sebagai ajaran agama. Hal seperti ini sudah banyak melanda umat di masyarakat. Rasulullah saw sangat menghawatirkan permasalahan ini.
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي اْلاَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ. (أبو داود)
“Artinya: Rasulullah saw bersabda; “Sesungguhnya, yang paling aku takuti menimpa umatku ini adalah para imam (para tokoh/pemimpin) yang menyesatkan umat. (HR. Abu Daud)
وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ لاَيَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ, وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَآءِ, حَتَّى إِذَالَمْ يَتْرُكُ عَالِمًا. إِتَّخَذَالنَّاسُ رُؤَسَاءُ جُهَّالاً, فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ. فَضَلُّوْا وَاَضَلُّوْا. (بخرى ومسلم)
Artinya: Dan berkatalah Rasulullah saw. ”Sesungguhnya Allah tidak pernah menahan ilmu (tidak pelit dengan ilmu) terhadap manusia dengan cara merenggutnya, tetapi Allah mewafatkan orang-orang berilmu (ulama) sehingga tidak tersisa orang-orang berilmu (yang benar akan ilmunya). Selanjutnya orang-orang mengangkat manusia untuk menjadi tokoh panutan (pemimpin) dari golongan orang-orang yang jahil (awam). Apabila ditanyakan sesuatu, ia menjawab tanpa dasar ilmu (tanpa dalil) yang benar. Mereka ini akan tersesat dan menyesatkan orang-orang yang lain”. (HR. Buhkori & Muslim)
Inilah yang dihawatirkan oleh Rasulullah saw terhadap umat ini. Kehidupan dan perjalanan hidup para umatnya, terlepas dari petunjuk syariat-syariat dan bimbingan ajaran agama yang benar. Karena mereka manjauhi majlis-majlis ilmu (majlis-majlis ta’lim), cuek dan tidak perduli untuk mendalami ilmu agamanya.
Padahal, nanti di alam kubur dan di alam akhirat, setiap manusia (diri kita ini) akan ditanya tentang ajaran agama dan kesaksian syahadat yang dianutnya selama di dunia ini. Bagi yang rajin mengaji untuk menambah ilmu, untuk mendapatkan petunjuk, bimbingan dan panduan hidup yang benar terhadap pemahaman ilmu agama yang dianutnya, mereka akan selamat dan bahagia di dalam surga. Allah menjelaskan dalam firman-Nya;
”Dan orang-orang yang mau menerima (mencari) petunjuk, Allah akan menambahkan petunjuk kepada mereka dan akan memberikan balasan dari ketaqwaannya”. (QS. Muhammad (47):17)
Nabi saw pun bersabda yang artinya :
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ. (مسلم)
”Barangsiapa yang suka menempuh jalan (meringankan langkah kakinya) untuk mencari ilmu, maka Allah akan melapangkan jalan baginya menuju surga”. (HR. Muslim)
Sebaliknya, bagi orang yang cuek, hanya ikut-ikutan dalam menjalankan ajaran agamanya (orang sunda bilang ”ahli ceunah wal jawabna”), tidak suka mengaji dan merasa cukup/merasa sudah pandai terhadap ajaran agama yang dianutnya, maka ia diumpamakan seperti orang bisu (tidak mampu menjawab dengan penuh keyakinan, kecuali akan berkata ceunah), seperti orang yang tuli (tidak mampu mendengar kebenaran, ketika disampaikan kebenaran itu kepadanya) dan seperti orang buta (dari ilmu-ilmu agama yang benar) yang tidak mengerti mana yang sahih dan mana yang palsu, atau mana yang salah dan mana yang benar.
Kelak di alam akhirat, orang seperti ini akan dimintai pertanggungan jawab terhadap apa yang telah dilakukannya. Tetapi mereka tidak mampu mengelak dengan alasan apapun. Bahkan, mereka (orang-orang seperti ini) akan rugi, menyesali diri dan kekal dalam azab yang bertubi-tubi.
Allah telah berfirman dalam Al Qur’an:
”Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra’ (17):36)
Mari kita renungkan penjelasan Allah yang difirmankan-Nya berikut ini;
”Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan orang-orang (yang jahil/bodoh/kafir), penjaga-penjaga neraka itu bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang di sekitar kalian( ketika kalian masih di dunia), seorang pemberi peringatan (yang mengadakan pengajaran-pengajaran)? "Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan (yang mengadakan pengajaran-pengajaran), tetapi kami mendustakan (masa bodoh terhadapnya) dan bahkan kami mengatakan (mengejek): "Allah tidak menurunkan apapun padamu; kamu tidak lain akan mengajak (mengajarkan) kepada kami kesesatan yang besar".
Dan mereka pun berkata: "Jika sekiranya kami dahulu ikut mendengarkan atau ikut memikirkan (pengajaran/peringatan itu) pasti kami tidak termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala (seperti ini)". ”Maka (ketika itu) mereka mengakui kesalahan (dosa) mereka sendiri, maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala itu. (QS. Al Mulk (67):8-11)
Oleh karena itulah Allah memerintahkan kepada setiap muslim untuk rajin mengaji, mau bertanya dan suka mencari ilmu, jika tidak mengerti. Agar ibadah dan kebaktian yang diamalkannya benar-benar sesuai syariat, berdasarkan ilmu yang shahih. Sehingga keimanannya pun benar dan tidak tersesat jalan.
”Dan Kami tiada mengutus para Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kalian kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui”. (QS. Al Anbiya’ (21):7)
Saudara-saudaraku sesama muslim yang kami sayangi. Uraian ini, kami harapkan dapat memotivasi kita, agar untuk waktu-waktu selanjutnya, kita menjadi orang-orang yang rajin mengaji, rajin mendatangi majlis-majlis ta’lim yang di adakan di sekitar kita, agar pemahaman kita terhadap syariat agama ini, tidak sekedar ikut-ikutan saja. Sudah saatnya kita memperbaiki diri, meningkatkan pemahaman yang lebih baik lagi, agar pendekatan diri kita kepada Allah, semakin baik dan sesuai dengan yang diridhoi Allah. Mumpung masih ada waktu buat kita.
Buanglah segala prasangka dan rasa apriori terhadap orang lain yang berbeda. Sebelum kita ikut pengajian dan mendengar sendiri, sebelum kita ikut mengkajinya secara lebih mendalam dan ikut membaca sendiri kitab yang diajarkan dalam suatu majlis itu, maka janganlah mudah curiga kepada majlis-majlis ta’lim yang ada, atau mendahulukan rasa tidak suka kepada orang-orang yang dianggap berbeda dengan kita mengenai pemahaman agama ini. Jika kita mau terus mengkaji secara lebih seksama dari sumber ajaran Islam yang shahih, yakni ajaran yang bersumber dari Al Qur’an dan Assunnah (bukan ajaran yang berdasarkan ”ahli-ahli ceunah”) pasti akan kita temukan bahwa, tidak akan terjadi perbedaan dalam syariat agama ini.
Yang menyebabkan terjadinya perbedaan dan perpecahan dalam agama ini adalah, karena banyaknya orang yang sekedar ikut-ikutan (bertaqlid) dalam beragama. Dasar pemahaman ajarannya, tidak mau langsung mengikuti ajaran yang bersumber dari Nabi Muhammad saw. Tetapi lebih senang dan lebih yakin kepada ajaran-ajaran dari tokoh-tokoh yang selain Nabi.
Sudah begitu, tidak mau mengkaji ulang dalil-dalil yang dijadikan hujjah (dasar) oleh orang-orang yang selain Nabi tersebut. Sehingga, pada saat ditanyakan mengenai dalil ajarannya, ternyata mereka tidak mampu menjawab dengan meyakinkan, kecuali berkata ”ceunah” atau euceuk ulama A atau ulama B. Padahal ia sendiri belum pernah membaca atau mengkaji kitab dari ulama A atau Ulama B yang dijadikan panutannya tersebut.
Oleh sebab itulah Allah telah memberi ketegasan dengan berfirman secara jelas di dalam Al Qur’an:
Artinya : ”Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) ada yang menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu (yang ditentukan/kiamat). (QS. Al Mukminun (23):52-54)
Oleh sebab itu, melalui risalah ini, kami mengajak dan menghimbau kepada kaum muslimin di mana saja anda ada. Datangilah forum-forum pengajian yang diadakan di majlis-majlis ta’lim atau di masjid-masjid yang ada di sekitar anda. Luangkan waktu bersama keluarga, saudara dan ajaklah karib kerabat anda. Insya Allah, kelak anda mendapat hidayah dan tidak akan menyesali diri terhadap pengorbanan seperti ini.
Jangan anggap sepele undangan-undangan dan ajakan-ajakan mengaji yang sampai kepada anda, baik yang melalui selebaran, pengumuman ataupun SMS-SMS. Rasulullah saw telah bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَاْلاَرْضِ حَتَّى النَّمْلَتَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوْتَ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى تَعَلَّمَ وَمُعَلَّمَنِيَ النَّاسِ الْخَيْرَ. (رواه الترمذى)
”Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi, bahkan termasuk pula semut-semut yang ada di dalam liangnya, hingga ikan-ikan yang ada di lautan, benar-benar bersholawat (mendoakan) kepada orang-orang yangsuka belajar dan mengajarkan kebaikan kepada manusia”. (HR.At Tirmidzi)
Apakah kita tidak tertarik dengan kebaikan seperti ini? Sedangkan jika ada promosi discount yang disampaikan dari sebuah mall atau toko-toko saja, kita berbondong-bondong tidak mau ketinggalan? Apakah kita masih nyantai tenang-tenang saja menghabiskan umur hanya untuk bersikap cuek dan masa bodoh terhadap kebodohan kita sendiri? Padahal ilmu agama yang kita pelajari inilah yang akan membimbing hidup kita, dan yang dapat menyelamatkan kita di hari kiamat? Allah telah memberikan ancaman, kepada siapa saja yang cuek terhadap ajakan, peringatan dan bimbingan yang bersumber dari-Nya;
”Barangsiapa berpaling dari pengajaran Al qur'an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka kekal di dalam sikasaan itu, dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat, (yaitu) di hari (yang di waktu itu) telah ditiup sangkakala, dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Tho-ha (20):100-102 & 124)
Apakah kita siap menanggung itu semua??? Karena itu, mari kita luangkan waktu sejenak untuk mencari keselamatan hidup di hari kiamat kelak. Langkahkan kaki-kaki kita untuk menghadiri undangan-undangan pengajian yang diadakan di sekitar kita, atau di mana saja yang diselenggarakan kegiatan pengajian, yang di dalamnya dipelajari Al Qur’an dan As Sunnah. Agar kualitas iman dan ketaqwaan kita semakin baik dan hidup kita mendapat keridhoan Allah SWT. Ingatlah...!!! kaki, tangan, mata, dan telinga yang diberikan Allah kepada kita, akan menjadi saksi dan akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan-Nya. Semoga Allah mempersatukan dan mempersaudarakan kita dalam golongan orang yang selamat dan diridhoi-Nya. Amin.[-] W.A.R.Dhani
PERUBAHAN JADWAL!!! dari hari Sabtu menjadi hari Ahad
UNDANGAN : DATANG DAN IKUTI PENGAJIAN UMUM RUTIN (GRATIS)
Setiap Ahad (Minggu), mulai jam 07.30 – 09.00 (setelah olah raga pagi)
Alokasi Waktu Materi / Kitab Bahasan
Minggu 1 “Minhajul Qasidin”, Jalan Orang2 Yg Mendapat Petunjuk :Ibnu Qudamah
Minggu 2 “Al Wafa” Kesempurnaan Pribadi Nabi dari A - Z :Ibnu Qayyim Al Jauzi
Minggu 3 “Riyadhus Shalihin” Kumpulan Hadits2 Shahih : Imam An Nawawi
Minggu 4 “Zadul Ma’ad”: Ibnu Qayyim Al Jauzi - Kajian Kitab Fiqih Imam Syafi’i
Minggu 5 “Materi-materi Umum & Tambahan” (Tematik)
è Tempat: Majlis Abu Hanifah Jl. Lodaya II Cilibende – dekat kampus D3-IPB (lewat Hotel Pangrango 3)
Undangan: Khusus untuk hari Kamis, 13 Mei 2010 (hari libur) : Insya Allah diadakan kajian khusus dengan tema : ”Membedah Tradisi Kemusyrikan di Sekitar Kita” (mulai 7.30 - 9.30 WIB è Gratis untuk Umum)
Pesanan tambahan (khusus): Biar ada perkembangan, tolong bulletin jum’at ini disebarkan pula ke masjid-masjid di Cilibende (Awwalus Salikin di RT 4 RW 05, dan mushola Al Makmur di RT 2 RW 2 (lewat kang Maryadi atau yang lain).
Juga ke masjid Baitus Sahid (Ust. H. Syahroni) dan masjid Al Hasuba RT 05/01 di Tegalega. Syukran dan masjid
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang, Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. (QS.6:1-3) Semoga sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad s.a.w. para keluarga dan para sahabatnya semua.
“Hai orang-orang yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.57:28) “Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.(QS.39:10)
Saudaraku yang dirahmati Allah. Dalam sebuah riwayat dari Abu Sufyan Sakhr bin Harb r.a, ketika ia bertemu dengan raja Heraclius, dimana Heraclius bertanya kepadanya, “Apa yang diperintahkan oleh Nabimu? Abu Sufyan menjawab:
قُلتُ رَسُولُ اللهِ (صلىعلىه) يَقُوْلُ:اُعْبُدُاللهَ وَحْدَهَ لآتُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا. وَاتْرُكُوْا مَايَقُوْلُ آَبَآؤُكُمْ. وَيَأْمُرُنَابِالصَّلاَةِ, وَالصِّدْقِ, وَالْعَفَافِ, وَالصِّلَةِ.(متفق عليه)
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sembahlah Allah Yang Maha Esa dan janganlah kalian mempersekutukan Dia dengan sesuatu apapun. Dan tinggalkanlah tradisi ajaran yang dikatakan bapak-bapak moyangmu, laksanakanlah shalat, dan berbuatlah jujur, jadilah pemaaf dan hubungkanlah silaturahim (persaudaraan)”. (HR.Bukhori & Muslim)
Saudaraku sekalian. Di era kemajuan teknologi dan peradaban global seperti saat ini, kejujuran, kebenaran dan keadilan sangatlah mahal dan susah ditegakkan. Orang yang suka berdusta dan melakukan penyelewengan dipercaya, ditiru dan ditaati dan dibela-i. Orang yang berbuat jujur, menegakkan kebenaran dan menegakkan keadilan, dilecehkan dan dijauhi. Bahkan tidak jarang menjadi sasaran fitnah dan dijebak dengan tuduhan-tuduhan rekayasa, dengan strategi konspirasi oleh kelompok orang-orang yang suka berbuat curang. Karena, mereka takut kecurangannya terbongkar, dan diperkarakan.
Kebohongan, penipuan dan penyelewengan sudah dianggap biasa. Orang tidak lagi perduli terhadap nasehat dan larangan ajaran agama. Perbuatan dosa & pengkhianatan amanah semakin menjadi budaya bangsa yang dianggap biasa pula.
Meskipun begitu, kita tidak boleh terpengaruh. Kita harus teguh pendirian untuk tetap mengikuti kebenaran, mempertahankan kebenaran dan untuk tetap sabar dalam berbuat kejujuran. Karena dengan hal itu, akan menjadikan kita sebagai orang-orang yang merdeka dan tentram di dalam kehidupan dunia dan akan menjadi pemenang dan dimulyakan di sisi Allah SWT.
Dalam riwayat Abu Muhammad Al Hasan bin Ali r.a. bin Abu Thalib, Rasulullah s.a.w bersabda:
دَعْ مَا يُرِيْبُكَ إِلَى مَالآَ يُرِيْبُكَ. فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَالْكَذِبَ رِيْبَةٌ.(الترمذى)
“Tinggalkanlah apa saja yang kamu ragukan, dan kerjakanlah yang tidak kalian ragukan. Sesungguhnya kejujuran itu mendatangkan keyakinan (ketenangan), sedangkan kedustaan itu mendatangkan keresahan (keraguan)”. (HR. At Tirmidzi)
Dalam hadits lain, riwayat dari Ibnu Mas’ud r.a, dari Nabi s.a.w. yang bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ.فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ.وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ.وَمَايَزَالُ الرَّجُلَ يَصْدُقُ يَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ صِدِّيْقًا. وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ. فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُوْرِ. وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ. وَمَايَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ فَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا.(رواه البخارى)
“Hendaklah kalian selalu jujur (benar), karena kejujuran itu membawa kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga. Selama seseorang selalu mempertahankan kebenaran, maka ia akan dicatat oleh Allah sebagai orang yang benar (jujur). Waspadalah terhadap dusta, sebab dusta itu akan menyeret kepada kejahatan. Dan setiap kejahatan akan menyeret ke dalam neraka. Selama seseorang berdusta, ia akan selalu memilih kedustaan, sehingga dicatat oleh Allah sebagai pendusta (pembohong)”. (HR. Bukhori)
Oleh karena itu, jika kita ingin menjadi orang-orang yang merdeka, hidup bahagia, mendapat ketenangan, diliputi ketentraman hati, mendapat kemenangan dan dimuliakan Allah di sisi-Nya, maka kita harus selalu berbuat jujur, mengikuti kebenaran, berpihak kepada kebenaran dan terus mempertahankan kejujuran dan kebenaran.
Dengan demikian itu, semoga Allah mencatat sebagai orang yang benar dan memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang mendapatkan kemenangan yang agung di dalam surga yang diridhoi-Nya, sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”.(QS.33:70-71)
Semoga Allah melimpahkan kebaikan dan menjadikan kita orang-orang yang jujur, dan menjadikan kita sebagai orang-orang yang sabar dalam mempertahankan kejujuran. Serta memasukkan kita ke dalam surga dengan kemenangan yang diridhoi-Nya. Amin.
بارك الله لى ولكم فى القرآن الكريم...
Khutbah ke-2
Saudaraku sekalian yang dimuliakan Allah.
Di dalam Al Qur’an Allah berwasiat, “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama dengan orang-orang yang benar”. (QS.9:119) “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.59:18)
Saudaraku… Dalam rangka berbekal untuk menghadapi kehidupan di alam akhirat, dengan amal perbuatan yang shaleh serta ibadah yang diterima Allah, maka mari kita menjauhi segala perbuatan dusta dan ketidak jujuran. Jauhilah orang-orang yang suka berdusta atau mengajak berlaku curang, atau melakukan penyelewengan.
Para pendusta dan pelaku penyelewengan ini, akan menggelincirkan kita ke dalam kejahatan, yang menyiksa diri. Ketidak jujuran akan menimbulkan keresahan, penyesalan dan laknat dari Allah, dan menyebabkan kita termasuk dalam golongan orang yang diazab di dalam jahannam yang menghinakan.
Allah telah berfirman yang artinya: “Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan dan lupa diri, pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka. Lalu dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah azab atasmu itu. Inilah azab yang dulu kamu minta untuk disegerakan." (QS.51:10-14)
Di dalam ayat lain Allah menjelaskan ancaman-Nya bagi para pendusta dan orang yang berbuat dosa.
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa,dia mendengar nasehat ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, kemudian dia tetap menyombongkan diri, seakan-akan tidak pernah mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih..Dan apabila dia mengetahui sedikit saja tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Mereka itulah yang akan memperoleh azab yang menghinakan. Di hadapan mereka neraka Jahannam dan tidak akan berguna sedikitpun bagi mereka, apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak akan berguna sedikitpun yang mereka taati untuk jadikan sebagai penolong mereka, selain Allah. Dan bagi mereka disediakan azab yang sangat besar”.(QS.45:7-10)
Semoga Allah menjauhkan kita dari golongan orang-orang yang berbuat dosa, yang berbuat curang dan suka berdusta. Agar mereka tidak menjerumuskan kita ke dalam kesengsaraan, kehinaan dan azab jahnnam yang kekal abadi.
Semoga Allah memberi kekuatan iman dan keteguhan hati, untuk tetap mengikuti kebenaran dan selalu berbuat kebenaran dan, serta mempersatukan kita dalam golongan orang yang mampu mempertahankan kebenaran, untuk memperoleh kemenangan yang dijanjikan oleh Allah SWT. Amin.
Jumat, 02 Juli 2010
Kegitan Kajian Abu Hanifah
dengan mengkaji kitab-kitab Minhajul Qasidin karya Ibnu Qudamah, Kitab Riyadlus Shalihin, Kitab Al Umm karya Al Imam Muhammad bin Idris Al Imam Asy Syafii, kajian Kitab Zadul Ma''ad karya Ibnul Qayyim Al Jauzi serta kitab Al Wafa' juga karya Al Imam Ibnul Qayyim Al Jauzi.
Tetapi khusus untuk yang kaum ibu dilakukan setiap Sabtu ba'da Ashar dengan tema-tema akhlaq, ibadah dan tema-tema umum. Kami tunggu partisipasi jamaah kaum muslimin untuk ikut aktif mengikutinya. H.W.A.R.Dhani