Pages

Sabtu, 30 Oktober 2010

MEMAHAMI HAKEKAT BERSYUKUR

Ust. W.A.R.DHANI

Saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Allah. Bersyukur itu, hakekatnya adalah wujud suatu peribadatan kepada Allah, untuk tunduk dan patuh terhadap perintah Allah, sebagaimana telah difirmankan dalam Al Qur’an yang mulia;

Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS.Az Zumar (39):65-66)

Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu menyatakan; "Sesungguhnya jika kalian bersyukur (berterima kasih), pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian kafir pada-Ku (mengingkari nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS.Ibrahim (14):7-8)
Dalam pelaksanaannya, bersyukur itu didahului dengan mengungkapkan kata-kata pujian kepada-Nya secara lisan. Berterima kasih dan memuji Allah atas semua karunia dan nikmat dari-nya, atas semua keagungan-Nya, atas segala Kekuasaan-Nya serta atas segala kesempurnaan sifat-Nya, yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun dari makhluk-Nya dan dalam rangka mensucikan nama-Nya. Oleh karena itu, bersyukur dalam pengeritan ini, tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
Ungkapan bersyukur, dapat diucapkan secara ”sir” (tersembunyi di dalam hati) maupun secara ’jahar’ (dinyatakan) dengan lisannya. Setelah itu diikuti dan diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, tunduk dan patuh pada perintah-Nya, untuk membuktikan rasa terima kasih itu kepada Allah.
Lalu mengapa kita harus bersyukur kepada Allah? Banyak sekali alasan yang mendasari, mengapa setiap manusia harus pandai bersyukur secara benar kepada Allah. Misalnya; karena Allah lah yang telah menciptakan kita manusia ini secara sempurna. Allah lah yang menciptakan bumi dengan segala isinya, sebagai tempat hidup dan menetap sementara bagi manusia. Allah lah yang menghidupkan dan memberikan jaminan hidup bagi manusia di muka bumi ini dengan menyediakan segala karuniaNya. Allah lah yang memberikan hidayah dan taufiq kepada manusia, agar manusia mampu menjadi khalifah-Nya (wakil-Nya) di muka bumi, sehingga apa yang dilangit dan di bumi pun ditundukkan oleh Allah untuk menjamin keperluan dan kebutuhan hidup manusia.

Buklet pengajian

MEMAHAMI HAKEKAT BERSYUKUR

Ust. W.A.R.DHANI

Saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Allah. Bersyukur itu, hakekatnya adalah wujud suatu peribadatan kepada Allah, untuk tunduk dan patuh terhadap perintah Allah, sebagaimana telah difirmankan dalam Al Qur’an yang mulia;

Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS.Az Zumar (39):65-66)

Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu menyatakan; "Sesungguhnya jika kalian bersyukur (berterima kasih), pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian kafir pada-Ku (mengingkari nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS.Ibrahim (14):7-8)

Dalam pelaksanaannya, bersyukur itu didahului dengan mengungkapkan kata-kata pujian kepada-Nya secara lisan. Berterima kasih dan memuji Allah atas semua karunia dan nikmat dari-nya, atas semua keagungan-Nya, atas segala Kekuasaan-Nya serta atas segala kesempurnaan sifat-Nya, yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun dari makhluk-Nya dan dalam rangka mensucikan nama-Nya. Oleh karena itu, bersyukur dalam pengeritan ini, tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.

Ungkapan bersyukur, dapat diucapkan secara ”sir” (tersembunyi di dalam hati) maupun secara ’jahar’ (dinyatakan) dengan lisannya. Setelah itu diikuti dan diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, tunduk dan patuh pada perintah-Nya, untuk membuktikan rasa terima kasih itu kepada Allah.

Lalu mengapa kita harus bersyukur kepada Allah? Banyak sekali alasan yang mendasari, mengapa setiap manusia harus pandai bersyukur secara benar kepada Allah. Misalnya; karena Allah lah yang telah menciptakan kita manusia ini secara sempurna. Allah lah yang menciptakan bumi dengan segala isinya, sebagai tempat hidup dan menetap sementara bagi manusia. Allah lah yang menghidupkan dan memberikan jaminan hidup bagi manusia di muka bumi ini dengan menyediakan segala karuniaNya. Allah lah yang memberikan hidayah dan taufiq kepada manusia, agar manusia mampu menjadi khalifah-Nya (wakil-Nya) di muka bumi, sehingga apa yang dilangit dan di bumi pun ditundukkan oleh Allah untuk menjamin keperluan dan kebutuhan hidup manusia.

“Dan Dia telah menundukkan untuk kalian apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”. (Al Jatsiyah (45):13)

Allah lah yang memberikan pekerjaan dan menjamin rezki bagi setiap manusia. Allah lah yang memberikan perlindungan, kasih sayang dan keselamatan kepada manusia dari segala mara bahaya dan segala tipu daya syetan. Allah lah yang selalu memberi maaf kepada setiap manusia atas segala kesalahan dan dosa-dosanya, jika ia mau meminta maaf. Dan Allah pula lah yang akan memberikan balasan maupun pahala terbaik atas segala amal perbuatan setiap manusia, dengan adil dan tidak mendzolimi. Inilah berbagai alasan yang mendasari, agar setiap manuisa selalu ingat dan bersyukur kepada Allah.

Lalu bagaimana kenyataan yang terjadi? Apakah manusia selalu sadar dan ingat akan kewajiban bersyukur ini? Karena itulah tulisan ini kami sampaikan, agar kita semua segera merenung dan tahu diri, sehingga ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah tidak ala kadarnya, tetapi menjadi semakin baik, seraya banyak memohon ampun kepada-Nya, agar segala dosa serta kesalahan kita diampuni. Allah pula lah yang selalu menambah-nambahkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kita menuju keridhoan-Nya.

Mari kita merenung bersama tentang hal yang mungkin dianggap kecil, yaitu ”nafas”, guna menyadarkan setiap diri kita, bahwa kita tidak berdaya sedikitpun terhadap nafas kita sekecil apapun. Juga untuk menyadarkan kita, betapa Allah itu Maha Kaya, Maha Penyayang dan Maha Penyantun (Pemberi). Pernahkah kita menghitung nilai nafas kita, jika kita diharuskan membayar udara yang kita hirup untuk nafas ini setiap hari, berapa uang yang harus kita cari untuk memnebusnya? Mari kita hitung.

Menurut penelitian, setiap kali kita menarik nafas menghirup udara ke rongga perut dan rongga-rongga bagian tubuh lainnya, kita membutuhkan 0.5 liter udara. Dalam satu menit dan keadaan normal, rata rata manusia menarik nafas menghirup udara, sebanyak 20 kali. Artinya, dalam satu menit kita butuh udara sebanyak : 0.5 liter x 20 = 10 liter.

Udara yang kita hirup dalam tarikan nafas, terdiri atas unsur Oksigen (O2) 20% dan Nitrogen (N) 79%. Artinya, dalam satu menit (60 detik) kita butuh Oksigen = 0.2 x 10 liter = 2 liter dan Nitroger sebanyak 0.79 x 10 liter = 7.9 liter. Sekali lagi, ini jika dalam keadan normal, sehat, tidak sehabis lari pagi atau stress, atau tidak dalam keadaan terengah-engah karena be-ngek dan ashma’.

Dalam sehari = 24 jam x 60 menit = 1440 menit. Artinya, dalam sehari kita membutuhkan Oksigen dari udara ini sebanyak = 2 liter x 1440 = 2880 liter. Dan Nitrogen yang kita hirup dari udara ini sebanyak = 7.9 liter x 1440 = 11.376 liter.

Harga Oksigen per liter di pasaran, rata-rata Rp. 25.000,- Sedangkan harga Nitrogen -(yang juga sudah menyatu berada di dalam tabung)- per liter rata-rata Rp.9.950,-. Artinya, dalam sehari, udara yang kita hirup untuk bernafas ini setara dengan nilai uang sebanyak ; (Oksigen = 2880 liter x Rp. 25.000,- = Rp.72.000.000,-) ditambah (Nitrogen = 11376 liter x Rp.9.950,- = Rp.113.191.200,-). Ini berarti, total nilai uang yang harus kita keluarkan (sediakan) untuk sekedar urusan bernafas sehari saja (jika harus membayar) setara nilainya dengan Rp. 72.000.000,- + Rp. 113.191.200,- = Rp. 185.191.200,- (seratus delapan puluh lima juta, seratus sembilan puluh satu ribu dua ratus rupiah).

Adakah kita mampu membayarnya jika kita harus membayar udara yang kita hirup ini? Siapakah yang memiliki pendapatan (gaji) sehari, setara dengan Rp 185 juta, untuk menjamin nafas kita? Bagaimana kalau kita harus bernafas sebulan, setahun dan seluruh umur hidup kita? Tidakkah kita mau berfikir dan memahami masalah ini?

Mari kita hitung nilai nafas kita dalam sebulan dan dalam setahun. Khusus untuk nilai nafas yang kita hirup seumur hidup kita, silahkan para jamaah menghitung-hitung sendiri, agar mau berfikir dan mampu memahami hakekat bersyukur kepada Allah.

Nilai nafas kita dalam satu bulan (jika rata-rata 1 bulan = 30 hari) dalam keadaan normal = Rp.185.191.200,- x 30 hari = Rp. 5.555.736.000,- (Lima milyar, lima ratus lima puluh lima juta, tujuh ratus tiga puluh enam ribu rupiah). Berapa nilai nafas kita dalam satu tahun? Yaitu = 365 hari x Rp.185.191.200,- = Rp.67.594.788.000,- (Enam puluh tujuh milyar, lima ratus sembilan puluh empat juta, tujuh ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah). Masya Allaaaah. Subhanallah wal hamdulillah laa ilaaha illallah Allahu Akbar, laa haula walaa quwwata illa billahil ’aliyyil ’adhzim. Adakah orang di negeri ini (yang terkaya sekalipun) yang mampu mendapat penghasilan uang setara Rp. 67,6 milyar/tahun dengan nafasnya, kecuali dengan cara cara-cara yang tidak halal, korupsi atau manipulasi?

Adakah di antara kita yang mampu membusungkan dada dan menyombongkan diri dengan manyatakan mampu memberikan tebusan untuk nafas diri kita sendiri dalam setahun tersebut kepada Allah? Bagaimana pula jika kita harus menanggung nafas yang dihirup oleh istri dan anak-anak kita? Lalu mengapa kita pongah dan tidak tahu diri? Ingatlah sindiran Allah;

”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu, tanpa kamu minta) dan segala apa yang kalian mohonkan kepadanya. dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat kufur (terhadap nikmat Allah). (QS. Ibrahim (14):34)

Bayangkan dan renungkanlah wahai saudaraku. Bagaimana mutlaknya kekuasaan Allah, kekayaan Allah dan kasih sayang Allah. Jika semua manusia di muka bumi ini sekalipun, berlaku dzalim dan kufur, Allah tidak akan runtuh dan berkurang dalam kekuasaan dan kerajaan-Nya. Tidak rugi dan berkurang kekayaan-Nya. Bahkan kita sendirilah yang rugi dan diazab karenanya. Tidakkah kita tahu diri dan segera tunduk dan patuh hanya kepada-Nya?

Udara yang kita hirup ini, tidak hanya diperuntukkan bagi manusia generasi kita saat ini. Tetapi juga bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya, sejak dari Nabi Adam a.s sampai berakhirnya alam dunia ini. Ini baru kita hitung soal nafas, belum lagi jika kita berhitung soal darah kita, nilai kentut kita (maaf bukan untuk tabu), penglihatan kita, pendengaran kita, karunia-karunia, rezki dan fasilitas-fasilitas lain yang telah disediakan oleh Allah secara gratis bagi kita.

Lalu tebusan dan jual beli apakah yang dapat kita banggakan dihadapan Allah? Peribadatan dan pengabdian manakah yang dapat kita persembahkan kepada Allah? Kekuasaan dan kekayaan manakah yang akan disombongkan di hadapan Allah? Tidakkah kita berfikir dan mau memahami? Padahal Allah telah menundukkan langit dan bumi sebagai fasilitas dari-Nya, untuk kita. Sebagaimana dinyatakan Allah dalam surat Al Jatsiyah (45) : 13 yang telah kami kutip diatas? Mengapa banyak diantara kita tidak bersyukur? Atau salah dalam bersyukur?

Bukannya membuat persembahan dan kebaktian kepada Allah dengan selalu menegakkan syariat yang benar, menegakkan shalat dengan benar, banyak berpuasa, memenuhi janji, menunaikan amanat secara jujur, berbicara benar, berbuat kebaikan dan menginfaqkan sebagian rezki dari-Nya dengan mengeluarkan zakat, berinfaq untuk orang tua, sanak saudara, kaum kerabat, fakir miskin dan lain-lainnya secara ikhlas. Ternyata, malah bersyukur kepada makhluk dengan membuat ritual-ritual tradisi musyrik. Membuat persembahan dan sesaji untuk makhluk halus, para arwah, jin dan syetan. Bukannya sadar dan kembali kepada aturan Allah untuk mengundang ridho Allah, untuk mewujudkan kemakmuran dan keberkahan, tetapi justru lebih banyak mempertahankan kedzaliman, kenistaan, penghianatan, kedustaan, berlaku curang, kesombongan dan suka membanggakan diri!!??

Allah telah mengingatkan: (63). Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dan dengan suara yang lembut (karena takut dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia (Allah) menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami akan menjadi orang-orang yang bersyukur"". (64). Katakanlah: "Allah lah yang menyelamatkan kalian dari bencana itu, dan dari segala macam kesusahan kalian, lalu kemudian tiba-tiba kalian kembali menjadi musyrik (mempersekutukan-Nya)." (QS. Al An’am (6) :63-64) Na’u dzubillahi min dzaalika.

”Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami (munafik & kafir), nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh”. (QS. Al A’raf (7):182-183)

(44). Dan Kami turunkan Al Qur’an kepadamu, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka [berupa syariat, perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.] dan supaya mereka memikirkan, (45). Maka Apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari?, (46). Atau Allah mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan?, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu), (47). Atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa dalam ketakutan). Maka Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (QS. An Nahl (16) : 44-47)

Nah, bagi orang-orang beriman, bagi orang-orang yang bertaqwa, bagi orang-orang yang ingin selalu dalam keselamatan dan naungan lindungan serta kasih sayang Allah, tidak lain dan tidak bukan. Hendaknya: segeralah bersyukur, seraya banyak bersujud, banyak memuji dan mensucikan nama-Nya, banyak mengagungkan sebutan-Nya dan perbanyak memohon ampunan atas kedzaliman dan keangkuhan kita selama ini, seraya berhijrah memperbaiki diri. Laksanakan dan tegakkan shalat, mari perbanyak beramal shaleh. Tinggalkan kedustaan dan kebiasaan berbuat curang, tinggalkan perbuatan korupsi, budaya manipulasi atau mengambil harta jamaah kaum muslimin, atau harta rakyat yang bukan menjadi hak kita.

Mari kita renungkan khabar dari Rasulullah saw berikut ini; ”Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin 'Amir telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakar bin Ayyasy dari Al A'masy dari Sa'id bin Abdullah bin Juraij dari Abu Barzah Al Aslami yang berkata berkata: ”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya, untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan, dan tentang tubuhnya untuk apa dia lusuhkan (gunakan)." (HR. At Tirmidzi No.2341 = Hasan Sahih)

Oleh karena itu, dalam rangka bersyukur kepada Allah, janganlah sekali-kali berbuat musyrik. Jangan mempersekutukan-Nya dengan roh-roh halus, makhluk ghaib, arwah-arwah ahli kubur maupun arwah para wali, atau melakukan kemusyrikan lainnya dengan membuat sesaji, persembahan dan sembelihan kurban untuk labuhan (lebon) kepada para arwah, jin dan syetan. Jangan malakukan perdukunan dan tradisi-tradisi musyrik lainnya. Tinggalkan semua hal itu. Karena semua hal itu, merupakan dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah, dan dapat mengundang murka Allah, laknat Allah serta mempercepat turunnya azab peringatan dari-Nya.

Semoga kita dipersatukan dalam barisan orang-orang yang teguh keimanan dan ketaqwaannya, menuju shirothol mustaqim. Yaitu jalannya orang-orang yang telah diberikan nikmat oleh Allah. Yaitu dari golongan para Nabiyyin, penegak kebenaran (siddiqiin), para syuhada pejuang-pejuang yang syahid di jalan Allah dan para shalihin. Sebagaimana yang dicantumkan dalam firman-Nya: ”Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiiqiin [orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An Nisa’ (4) : 69) dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

Demikianlah, kami berharap risalah tulisan ini, dapat menyadarkan kita kaum muslimin, agar istiqomah di dalam menjalani dan menegakkan kebenaran, agar semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan banyak bersyukur dan bersujud hanya kepada-Nya serta banyak memohon pengampunan dari-Nya. Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang benar dan diridhoi-Nya, serta melindungi kita dan keluarga kita, dari segala tipu daya syetan yang terkutuk. Amin. Wallahu ’a’lam bish shawab. (W.A.R.Dhani)

File:Buklet Pengajian

Ikuti & Dengarkan!! Diskusi Interaktif lansung (On Air) ”DINAMIS” (Dialog Nuansa Agama Islam) di radio MARS 106FM setiap Kamis pukul 10.00 – 11.30 WIB, bersama Ust. Willyuddin A.R.Dhani. Dapatkan hadiah quis interaktifnya


Mari kita meriahkan penyambutan tahun Baru Muharam 1432 H, dengan menghadiri Tabligh Akbar dan ”Pekan Raya Muharam”, yang akan diadakan di Masjid Raya Bogor dan gedung PPIB, mulai tanggal 06 – 12 Desember 2010 dengan tema : ”REFLEKSI MUHARAM UNTUK MEMBANGUN PERSATUAN UMAT”

Memahami Hakekat Bersyukur